Home »
Unlabelled »
JENIS-JENIS WANITA DIDALAM AL-QUR'AN
- on 23.24
yakni,
pertama, tipe pejuang. Wanita tipe pejuang memiliki kepribadian kuat.
Ia berani menanggung risiko apa pun saat keimanannya diusik dan
kehormatannya dilecehkan. Tipe ini diwakili oleh Siti Asiyah binti
Mazahim, istri Fir’aun.
Walau berada dalam cengkraman Fir’aun,
Asiyah mampu menjaga aqidah dan harga dirinya sebagai seorang Muslimah.
Asiyah lebih memil...
ih istana di surga daripada istana di dunia yang dijanjikan Fir’aun.
Allah SWT mengabadikan do’anya, “Dan Allah menjadikan perempuan Fir’aun
teladan bagi orang-orang beriman, dan ia berdo’a : Ya Tuhanku,
bangunlah untukku sebuah rumah di sisiMu dalam surga dan selamatkanlah
aku dari Fir’aun dan perbuatannya dan selamatkan aku dari kaum yang
dzalim.”
(QS. At-Tahriim: 11).
Kedua, tipe wanita shalihah yang
menjaga kesucian dirinya. Tipe ini diwakili Maryam binti Imran.
Hari-harinya ia isi dengan ketaatan kepada Allah. Ia pun sangat
konsisten menjaga kesucian dirinya.
“Bagaimana akan ada bagiku
seorang anak laki-laki, sedang tidak pernah seorang manusia pun
menyentuhku dan aku bukan (pula) seorang pezina!” demikian ungkap Maryam
(QS. Maryam: 20).
Karena keutamaan inilah, Allah SWT
mengabadikan namanya sebagai nama salah satu surat dalam Al-Qur’an (QS.
Maryam [19]). Maryam pun diamanahi untuk mengasuh dan membesarkan
Kekasih Allah, Isa putra Maryam (QS. Maryam [19] : 16-34). Allah SWT
memuliakan Maryam bukan karena kecantikannya, namun karena keshalihan
dan kesuciannya.
Ketiga, tipe penghasut, tukang fitnah, dan
biang gosip. Tipe ini diwakili Hindun, istrinya Abu Lahab. Al-Qur’an
menjulukinya sebagai “pembawa kayu bakar” alias penyebar fitnah. Dalam
istilah sekarang, wanita penyiram bensin.
“Binasalah kedua
tangan Abu Lahab dan sesungguhnya ia akan binasa. demikian pula
istrinya, pembawa kayu bakar yang di lehernya ada tali dari sabut.” (QS.
Al-Lahab: 1-5).
Bersama suaminya, Hindun bahu membahu menentang dakwah
Rasulullah SAW, menyebar fitnah, dan melakukan kezaliman. Isu yang
awalnya biasa, menjadi luar biasa ketika diucapkan Hindun.
Keempat, tipe wanita penggoda. Tipe ini diperankan Zulaikha saat
menggoda Nabi Yusuf. Petualangan Zulaikha diungkapkan dalam Al-Qur’an,
“Dan wanita (Zulaikha) yang Yusuf tinggal di rumahnya menggoda Yusuf
untuk menundukkan dirinya (kepadanya) dan dia menutup pintu-pintu,
seraya berkata, “Marilah ke sini.” Yusuf berkata, “Aku berlindung kepada
Allah, sungguh tuanku telah memperlakukan aku dengan baik.”
Sesungguhnya orang-orang yang zalim tiada akan beruntung.” (QS. Yusuf:
23).
Kelima, tipe wanita pengkhianat dan ingkar terhadap
suaminya. Allah SWT memuji wanita yang tidak taat kepada suaminya yang
zalim, seperti dilakukan perempuan Fir’aun (QS. At-Tahriim: 11).
Namun,
pada saat bersamaan Allah pun mengecam perempuan yang bekhianat kepada
suaminya (yang shaleh). Istrinya Nabi Nuh dan Nabi Luth mewakili tipe
ini. Saat suaminya memperjuangkan kebenaran, mereka malah menjadi
pengkhianat dakwah.
Difirmankan, “Allah membuat istri Nuh dan
istri Luth perumpamaan bagi orang-orang kafir. Keduanya berada di bawah
pengawasan dua orang hamba yang shaleh di antara hamba-hamba Kami; lalu
kedua istri itu berkhianat kepada kedua suaminya, maka kedua suaminya
itu tiada dapat membantu mereka sedikit pun dari (siksa) Allah; dan
dikatakan (kepada keduanya) : Masuklah ke neraka bersama orang-orang
yang masuk (neraka).” (QS. At-Tahriim: 10).
Wanita-wanita yang
dikisahkan Al-Qur’an ini hidup ribuan tahun lalu. Namun karakteristik
dan sifatnya tetap abadi sampai sekarang. Ada tipe pejuang yang kokoh
keimanannya, ada wanita shalihah yang tangguh dalam ibadah dan konsisten
menjaga kesucian diri, ada pula tipe penghasut, penggoda, dan
pengkhianat.
Terserah kita mau pilih yang mana. Bila memilih
tipe pertama dan kedua, maka kemuliaan dan kebahagiaan yang akan kita
dapatkan. Sedangkan bila memilih tiga tipe terakhir, kehinaan di dunia
dan kesengsaraan akhiratlah akan kita rasakan.
“Dan
sesungguhnya Kami telah menurunkan kepada kamu ayat-ayat yang memberi
penerangan, dan contoh-contoh dari orang-orang yang terdahulu sebelum
kamu dan pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. An-Nuur: 34).
Wallaahu a’lam